Jadul V Gaul ..

Siang ini pukul 12.45, panas matahari mulai berada di atas kepalaku. Raut wajah riang gembira tergambar jelas pada saat aku memainkan permainan tradisional bersama kawan kawanku. Di siang hari ini, tepat pukul 12.45 aku teringat akan masa kecilku. Masa dimana aku selalu tertawa bersama teman temanku. Terkadang aku heran, hanya dengan permainan sederhana seperti itu bisa membuat anak sepertiku tertawa lepas, bahagia.

Ya, generasi 90 sangat berbeda sekali dengan generasi sekarang.

Ketika hari berganti dengan pagi, aku rela bangun dengan semangat penuh membara. Semangat itu memang hanya untuk bertemu teman teman di sekolah. Berangkat dengan tergesa gesa, membuka mulut untuk mempersilahkan nasi masuk kedalam perutku, dibantu oleh ibunda tercinta. Ya, memang itulah aku di tahun 2000-an ketika aku menginjak sekolah dasar.

Di depan gerbang sekolah aku diturunkan oleh ayahanda yang bersedia mengantarku. Disitu pula, aku disambut dengan raut raut wajah gembira yang ingin mencari tawa bersama. Merekalah orang orang 90-an yang selalu tertawa gembira ketika melakukan hal hal yang sangat sederhana. Meskipun ada jam pelajaran yang menuntut mereka untuk berfikir keras, tapi itu semua dijalani dengan gembira.

“Kriiiing”.

Serentak semua siswa berhamburan keluar kelas dengan serangkaian rencana permainan sederhana. Ya, itu semua hanya untuk menghabiskan jam istirahat yang diberikan oleh pihak sekolah. Banyak gerombolan anak yang tidak berdosa pada saat itu. Ada yang bergerombol menyantap makan siangnya, bermain bola sampai mengeluarkan keringat yang mengalir dari wajahnya, memenangkan permainan kelereng sampai penuh di sakunya, ada pula yang berfantasi akan impiannya. Semua itu dilakukan hanya untuk mencari kebahagiaan si 90-an.

Setelah jam istirahat selesai, Ada siswa yang enggan masuk dan masih ingin bermain di luar kelas. Banyak tingkah laku lucu yang terjadi pada saat itu. Seperti, murid yang malah lari karena tidak mau masuk kelas, berlama lama di kamar mandi hanya untuk menyembunyikan dirinya dari guru yang sedang berpatroli, menikmati makanannya agar terlambat masuk kelas, pergi ke uks seolah dia sedang sakit. Mungkin itu beberapa tingkah laku si 90an yang berniat untuk mencari kebahagiaan.

Kebahagiaan itu pun juga masih berlanjut ketika aku dan si 90-an lainnya pulang dari sekolah. Seperti, balapan lari sampai rumah duluan sambil sesekali bermain petak umpet di jalan, mengambil buah mangga yang jatuh dari pohonnya, dikejar anjing penjaga rumah tetangga, banyak hal sederhana yang bisa membuat kami tertawa bahagia.

Setelah sampai rumah pun, masih ada semangatku untuk bahagia bersama teman teman di rumah yang sudah menunggu. Karena saking semangatnya, aku pun bergegas melepas seragam sekolah dan menggantinya dengan kaos oblong dan pasangan kolor sepak bola bernomor 10 di bagian paha kanannya.
“Mau kemana lagi, kok buru buru ? Makan dulu ! Setelah makan tidur siang !”, mungkin itu kata kata sebagian orang tua ketika melihat anaknya baru pulang sekolah dan akan pergi bermain lagi.

Tidak memikirkan cara mengunyah makanan yang benar, yang penting semua makanan masuk ke dalam perut. Alhasil, “Kesereten” [apa ya bahasa indonesianya Kesereten, kalau saya simpulkan, Ke-Seret-en, seret dalam bahasa indonesia = susah masuk, berarti Kesereten adalah makanan yang susah masuk lagi karena di tenggorokan sudah banyak makanan yang antri] hehe. Itu yang seringkali terjadi padaku saat buru buru ingin main.

Setelah makan dan ganti baju, dengan pelan dan perlahan kulangkahkan langkah kaki ku untuk keluar dari rumah.

“Ngiiiiiiieeeeeeeek”, suara pintu yang tidak bisa diajak kerja sama.”hei, jangan pergi jauh jauh ! awas kamu nanti kalau pulang !”, teriak ibunda yang bergegas keluar dari rumah.
“Iyaaa, mainnya cuma bentar kok !”, teriakan pembelaan yang keluar dari mulutku.

Setelah lolos dari rumah yang membosankan, aku berlari menuju rumah kawanku yang memang sering dijadikan basecamp bersama teman yang lain. Rumah temenku yang ini emang halamannya enggak luas, tapi banyak pohon pohon rindang yang bikin suasana panas jadi adem.

“Woy, keluar woy .. yok kita main kelereng ..”.

Permainan sederhana seperti, main kelereng, petak umpet, umbulan atau kertas bergambar yang diadu, lompat tali, bentengan, gebokan, kasti dan masih banyak permainan sederhana yang biasanya kita mainkan. Keseruan seperti itu yang aku kangenin pada saat kecil dulu. Itu adalah permainan yang sangat murah dan sederhana tetapi menyimpan kebahagiaan yang sangat tinggi bagi generasi 90 an atau generasi 80 an.

Dari permainan tradisional itu menyimpan banyak beberapa hal positif yang dapat dirasakan generasi 80,90-an, seperti :

  • Terciptanya kreatifitas
  • Meningkatkan kecerdasan emosional
  • Membangun kerjasama yang dapat menimbulkan hubungan erat antar sesama.
  • Bersentuhan dengan alam secara langsung.

Hal hal seperti inilah yang membuat generasi 80,90-an mempunyai sikap yang tidak mudah putus asa, guyub rukun, tidak kehilangan akal dan fikirannya sebagai anak anak.

Sekarang kita beralih ke generasi muda di era sekarang ini. Bagaimana menurut anda ?, bisa dibilang generasi sekarang ini adalah generasi yang kehilangan pola pikirnya. kenapa ? Banyak hal hal positif yang di rasakan dengan dunia modern mereka, tapi lebih banyak negatifnya kalau menurut saya.

Perkembangan media yang sangat pesat, mempengaruhi sikap generasi muda jaman sekarang. Seperti kehilangan arah, permainan tradisi yang penuh dengan filosofi seakan sirna begitu saja. Sedangkan permainan yang mempunyai grafis tinggi seakan akan mengalihkan perhatian mereka untuk selalu ingin memainkannya. Hal ini memaksa generasi sekarang menjadi lebih egois,individualis, menginginkan segala sesuatu yang cepat/instan. Disamping itu juga di dukung dengan tayangan tayangan televisi alay yang membuat generasi saat ini semakin terjun bebas entah kemana.

Memang generasi 80,90-an itu jadul, dan generasi sekarang gaul. Tapi bukankah lebih baik jadul terhormat dari pada gaul terinjak ?,

Mungkin ini keluh kesah saya melihat generasi sekarang yang lama kelamaan semakin tidak terarah. Banyak sekali contoh peristiwa yang mungkin khalayak ramai sudah merasakan.
Apa perlu kita hadirkan kembali permainan permainan tradisional untuk generasi muda yang akan datang ?, Permainan yang bisa membangun mental, moral, dan perilaku generasi yang akan datang ?,

Perlukah ?

 

Mungkin itu ..

Saya terbang dulu mencari keresahan lain ..

4 thoughts on “Jadul V Gaul ..

  1. Itulah di masa lalu pecel terong nikmat adanya 😀

    Btw, seret itu dah Indonesia, kalo padanan keseretan bisa pakai tersedak, terdedah atau tersedak. Bahasa Jawa emang kaya kosa kata sih, tapi seringnya banyak yang belum paham bila sudah dibakukan dalam kamus bahasa Indonesia.

    Buka aja KBBI Online jika ingin berkontribusi mengenalkan khazanah bahasa Indonesia.

    Oya, aku ada pos baru nih, mampir ya. Boleh banget kasih like atau komentator tambah terimakasih 🙂

    Like

    1. wahhaha iya mas , hihihih
      keseretan itu tak pake sudut pandang humornya aja sih hihihi, biar ada titik tawa nya dikit .. wkwk
      tengkiu mas main main nya dan saran nya,,
      oh ya ? oke tak capcus jalan jalan ..

      Like

Leave a reply to memedjuna Cancel reply